Sultravisionary.id,Kolaka – Pagi itu, langit masih tertutup awan kelabu ketika Albar (11) bersiap menuju lokasi yang dulu adalah kebun milik keluarganya. Kini, suara gemuruh alat berat menggantikan nyanyian burung yang biasa mengiringi pagi mereka. Sabtu (8/2/2025).
Di usia yang masih 11 tahun, Albar sudah mengenal apa itu ketidakadilan. Ia menemani ayahnya, Rustam, menuju lahan mereka yang kini telah dikuasai oleh aktivitas tambang PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) di, kelurahan Wolo, Kecamatan Wolo. Langkah mereka mantap, meski hati bergejolak.
Setibanya di lokasi, Rustam mengeluarkan gulungan tali rapiah yang dibawanya dari rumah. Dengan tangan yang mulai keriput karena kerja keras bertahun-tahun, ia bersama putranya Albar membentangkan blokade di jalur masuk kendaraan dan alat berat di kilometer 2 site PT CNI.
“Inilah satu-satunya cara agar mereka mau mendengar,” gumam Rustam.
Albar menatap ayahnya dengan mata penuh tekad. Ia ikut membantu, menarik tali dan mengikatnya erat di batang pohon yang masih tersisa.
“Kita tidak akan pergi, Pak, ” katanya.
Rustam menghela napas panjang. Dulu, di lahan ini, mereka menanam jati, kakao, dan merica. Pohon-pohon itu mereka rawat bertahun-tahun, menjadi sumber penghidupan keluarga. Namun, suatu hari, tanpa pemberitahuan, alat-alat berat datang, menumbangkan pepohonan dan meratakan kebun. Kini, yang tersisa hanyalah tanah merah dengan tumpukan ore nikel.
“Kami hanya ingin hak kami dikembalikan,” ujar Rustam lirih.
Beberapa pekerja tambang mulai berdatangan, memperhatikan blokade yang mereka buat. Ada yang berbisik satu sama lain, ada pula yang langsung melaporkan kepada pihak perusahaan.
Albar menggenggam tangan ayahnya erat. Ia tidak mengerti banyak soal hukum, tapi ia tahu satu hal, bahwa tanah ini dulu milik mereka. Dan kini, mereka hanya menuntut keadilan.
Suara mesin kendaraan tambang perlahan berhenti. Beberapa perwakilan perusahaan datang mendekat. Rustam berdiri tegak, siap memperjuangkan haknya, sementara Albar tetap di sisinya, menjadi saksi kecil atas perjuangan ayahnya melawan kesewenang-wenangan.