Hukrim

Enam Tahun Anak SD Belajar di Tengah Debu Tambang, Janji Relokasi PT Daka Hanya Isapan Jempol

19
×

Enam Tahun Anak SD Belajar di Tengah Debu Tambang, Janji Relokasi PT Daka Hanya Isapan Jempol

Share this article

Sultravisionary.id,Kendari – Aktivitas pertambangan PT Daka Group di Desa Boedingi, Kecamatan Lasolo Kepulauan (Laskep), Kabupaten Konawe Utara (Konut), terus menuai sorotan. Kali ini, Kepala Sekolah SDN 3 Laskep, Asrifin, angkat bicara soal dampak langsung terhadap lingkungan sekolah dan proses belajar mengajar.

Menurut Asrifin, dampak paling terasa terjadi saat musim hujan, di mana lumpur dari lokasi tambang masuk hingga ke teras bangunan sekolah.

“Kalau hujan, lumpur naik sampai ke teras sekolah. Ini sangat mengganggu kenyamanan belajar anak-anak,” ungkapnya, Rabu (16/7/2025).

Tak hanya soal dampak lingkungan, Asrifin juga menyoroti minimnya kontribusi perusahaan terhadap dunia pendidikan di wilayah operasinya.

“Sampai hari ini, tidak ada kontribusi PT Daka terhadap siswa kami,” tegasnya.

Rencana relokasi SDN 3 Laskep oleh PT Daka sebenarnya telah dikemukakan sejak 2019. Saat itu, perusahaan berjanji akan membangun enam ruang kelas, ruang guru, dan perpustakaan di lokasi yang lebih aman, karena sekolah saat ini berdiri di kawasan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Namun, hingga pertengahan Juli 2025, janji tersebut belum terealisasi.

Kepala Desa Boedingi, Aksar, mengatakan bahwa perusahaan telah menyiapkan material seperti pasir dan lahan pembangunan, namun prosesnya masih menunggu koordinasi dengan Dinas Pendidikan.

“Sudah ada material dan lahannya, tinggal tunggu arahan lebih lanjut. Saya sudah sampaikan ke HRD PT Daka agar segera ditindaklanjuti,” ujarnya.

Ketua Komisi III DPRD Konut, Samir, mengaku belum pernah meninjau langsung lokasi SDN 3 Laskep maupun progres relokasinya.

“Belum pernah kami tinjau. Senin depan saya akan lihat langsung ke lokasi,” katanya singkat.

Sementara itu, aktivis lingkungan dari Lembaga Persatuan Pemuda Pemerhati Daerah (P3D) Konut, Jeje, menyebutkan bahwa keberadaan sekolah di area jetty tambang sangat membahayakan kesehatan dan kenyamanan siswa.

“Anak-anak sekolah di tengah aktivitas jetty, terpapar debu, bising klakson dump truck, dan polusi visual. Ini tidak layak dan mengancam tumbuh kembang mereka,” ujarnya.

Jeje yang juga putra daerah Konut ini mendesak agar PT Daka segera berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Pemkab Konut untuk menetapkan jadwal pasti relokasi.

“Sudah enam tahun lebih hanya wacana. Jika terus ditunda, ini bukan lagi soal tanggung jawab sosial, tapi darurat kemanusiaan dan pendidikan,” tegasnya.

Ia juga mengkritik pemerintah daerah yang dinilai abai terhadap nasib siswa SDN 3 Laskep.

“Apakah ini yang dimaksud dengan visi Indonesia Emas 2045? Di mana nurani pemerintah melihat anak-anak belajar di tengah bising dan debu tambang?” sindirnya tajam.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak PT Daka yang dikonfirmasi melalui perwakilannya, Kadir, belum memberikan tanggapan resmi.

 

Laporan: Reza

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *